Menurut
dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan
kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun
sebelum masehi. Tulisan itu pada hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung,
pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung.
Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu
dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu
kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung
batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau
hilang atau malah bertambah karena beranak.
Jadi,
setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk
mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan
matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa
tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA
menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak
mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari,
bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan
matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung
besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
sebagai berikut:
Pada
tanggal 21 juni di Syene (Mesir) pada tengah hari matahari berada tepat di atas
kepala. Saat yang mana di kota Alexandria yang jauhnya 500 Mil tepat berada
disebelah utara Syene matahari jatuh dnegan membentuk 7,4o . Ini dapat diukur
melalui bayang-bayang sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka
keliling bumi atau besarnya bumi dapat dihitung secara matematika. Erathotenes
sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.000 mil dan garis tengah
bumi adalah 8.000 mil.
Hipparchus
(150 SM) dapat menghitung jarak bumi ke bulan. perhitungannya diilhami oleh
ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa bulan terletak di anatar bumi dan
matahari, juga diilhami oleh gerhana bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan
dipergunakan untuk memperkirakan besarnya bumi. Ia berkesimpulan bahwa jarak
bumi ke bulan adalah 24.000 mil.
Aristarchus
juga secara matematika mencoba menghitung jarak bumi ke matahari. Namun karena
kesalahan instrumen ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu adalah 20
kali jarak bumi ke bulan, padahal jarak yang benar adalah 400 kali. Kesimpulan
lain yang ia peroleh berdasarkan matematika adalah sinar matahari itu tentunya
lebih besar dari bumi. Ia perkirakan sedikitnya tujuh kali lebih besar. Ia
berpendapat tidak logis kalau matahari yang besar itu beredar mengelilingi bumi
yang jauh lebih kecil. Mestinya sebaliknya bumilah yang mengelilingi matahari.
Namun pendapatnya tak mendapat tanggapan oleh masyarakat, sampai pada zaman
baru dimana Copernicus dnegan bantuan teleskopnya serta perhitungan matematik
mengumumkan prinsip heliosentrik.
Ahli-ahli
matematika yang banyak sumbangannya dalam IPA antara lain adalah :
Phthagoras
mengadakan perhitungan terhadap benda-benda segi banyak. Apollonius mengadakan
perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa
dalam perhitungan jarak beredar yang berbentuk elips dari planet-planet.
Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hukum lintasa peluru, gerak dan
percepatan. Huygens (1695) dapat memecahkan teka teki adanya cincin Saturnus,
perhitungan tentang bandulan dan ini terkenal dnegan perhitungan tentang
kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara (pada masa itu orang
beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar). Ini semua
adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan IPA selalu
ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar